Samstag, 7. Juni 2014

Adinda


Bersamamu bumi seakan berhenti
pagi tetap pagi selalu dalam senyum
bersamamu ceriaku berlipat ganda
buncah limpah bungah dari kalbuku
kau mampu membuatku kembali lagi
ke masa muda saat kuhanya tahu cinta
belum mampu memberi rasa percaya
Adinda bersamamu kuingin berbagi
bahwa apalah arti semua derita dunia
bila berjalan bersama sahabat sehati
saling berbagi cerita bahkan nestapa
namun semua akan berujung tawa ria
apalah artinya derita sehari ini kawan
bila engkau yakini semua akan berlalu
maka ulurkan tangan untuk kita satu
bersama berbagi tawa dalam hahaha
bersatu bisikkan kepedihan dalam diam
 
AH ... KAU MAMPU MEMBERI WARNA!
 
(ad) - 21.12.13

Berapa ... ???





   Sangkamu kaulah yang termalang di dunia
kau coba menggugat menghujat keilahian
berapa"gembel"meninggal di musim dingin
berapa "gembel"mengais tempat sampah
berapa yatim piatu tak tahu siapa sanaknya
berapa tuna wisma tak punya ktp dan asa
berapa narapidana yang taubat rindu pulang
berapa veteran dan pahlawan tak berdaya
berapa anak haram menggelandang papa
berapa tuna netra menyebrangi hidup gelap
berapa ...
berapa ...
yang kau alami belum seberapa dengannya
berapa manusia menderita tanpa harapan
berapa pasien tervonis takkan berumur lagi
masihkah kau enggan tangkupkan tangan
lalu sujud syukur dalam permohonan ampun
 
TERSERAH KAU ........

(ad) - 22.12.13

Aku Bukan Temanmu

 Sudah ratusan kali kudengar
kata „teman“ dari orang sekitar
ada yang masih mencari
ada yang merasa dicari
ada yang sudah menemukan
ada yang merasa ditemukan
Kita semua membutuhkan ”cinta”
kita semua membutuhkan ”teman”
Takutkah kita akan „kesendirian“ ?
atau akan „kedekatan“ ?
Dengan mudah kita mengambil ”cinta”
dengan mudah pula kita menerima ”teman”
tetapi jangan lupa !
untuk ”memberi” makin sedikit diantara kita yang siap
Berteman bagiku berarti
saling bahu-membahu,
saling membagi,
saling menghargai,
saling melindungi,
saling menghormati,
Bagaimana denganmu ?
Apalah artinya ”aku” tanpa ”teman” ?
tidak lain dan tidak bukan hanyalah setengah manusia

*Puisi cermin diri*



Indriati See - Hofheim im Ried, 14 Juni 2011


Published in Kompasiana

Bus Sekolah yang Kutunggu


Dalam dingin di sudut malam larut
  kupetik gitar walau sisa lima senar
  mengalunkan lagu masa muda kita 
dalam syair yang telah kita ubah 
 seakan kalian melekat menggayut
  menimpali di setiap suara paduan
  dalam lagu-lagu lama "bus sekolah"
  aku benar-benar tak sadarkan diri
  atau saat kita camping diperbukitan
  tak terasa entah berapa lama disini
  rasaku larut dalam kenangan lama
  saat melintasi pematang meliuk-liuk
  terbahak saat kita tergelincir jatuh
   basah dan penuh lumpur sawah
  tiba-tiba suaraku parau tercekat 
 tenggelam dalam rasa sentimentil
  betapa indah dan kaya kenangan kita 
 saat bermain dikubangan berlumpur 
 senyatanya aku tak pernah menutup 
 album kenangan masa kanak remaja
  terus tertawa meski dalam kemiskinan
  bermain bersama dalam keterbatasan
  keadaan tak mampu batasi sukacita kita
 
KENANGAN ITU SELALU KUINGAT
 
(ad) - 05.06.14 

Kisah Kenari di Kebunku


Tenang yang kurasa
di bawah terik sang surya
tiada bayu semilir
peluh pun bergulir
harumnya rerumputan
menebar simpati nan rupawan
pada si mungil Daisy, cantik nian
.
“Tak inginkah kau berteduh di bawahku ?“
terdengar lembut suara pohon kenari
lihatlah rindangnya daunku
bak atap rumahmu
kokohnya badanku
bak tiang pondasi
merambahnya akarku
bak pencakar bumi
“Lihatlah sejoli merpati !”
memadu kasih di atas cabangku
terbuai oleh semilirnya bayu
sambil tak lupa berikrar janji
.
“Tak inginkah kau berteduh di bawahku ?“
akan kunyanyikan senandung merdu
dari gesekan daun-daunku
seirama semilirnya bayu
.
“Berbaringlah di bawah bayanganku !”
akan kuceritakan berita pilu
tentang saudara-saudaraku
nun jauh disana, di tempat lahirmu
.
“Wahai pohon kenari !“
jika ceritamu benar dan terbukti,
apa yang tertinggal tuk anak cucuku ?

Bunga Daisy


Indriati See - Di bawah Pohon Kenari, 5 Agustus 2011

Published in Kompasiana, Baltyra 
Music