Donnerstag, 5. Juni 2014

Jangan Halangi Kami !!!



Terdengar katak-katak bernyanyi, ada apa gerangan dengan mereka ?
‘hujan sebentar lagi membasahi bumi’; jawab katak-katak serentak sambil tertawa.
‚Ibu … ibu’ ; panggil anak sungai. Kalau hujan turun, kita bisa segera pergi.
 
‘Ya … sayang, … bersiaplah nak’.
 
Berita tentang hujan pun tersebar, disambut gembira dengan sorak oleh
ladang, sawah, kebun, ternak,

semua penghuni alam yang terserak.
 
Langit pun mulai gelap, awan-awan terlihat meratap, surya tak ingin menatap,
angin-angin lari berbalap.
 
‘Ah kami tak sanggup lagi !’ teriak awan sambil menumpahkan beban.
 
Hujan turun dengan lebat bak ditumpahkan dari langit.
 
‘Hurra, hurra !’ teriak penghuni alam. Derita musim panas pun padam.
 
Tercium harumnya tanah, merdunya kicauan burung, anggunnya simfoni serangga,
pekikan bocah-bocah, … semua riang, … semua gembira.
 
Terlihat anak sungai melenggok, mengikuti bunda yang elok bergegas ke
muara laut utara.

 
Duh … mengapa mereka jadi mogok ? jalan seperti terseok-seok ?
ah … lagi-lagi sampah yang beronggok, limbah penghuni kota ‚Onggok’.
 
Terdengar nyanyian sendu, penghuni air yang terharu biru,
‚mereka tidak perduli !’ – ‚dengan habitat kami !’,
air menjadi pekat dan bau sangat menyengat.
 
Perjalanan anak sungai pun terhambat, bahkan berhenti beberapa saat,
hujan pun tak sependapat, tak perduli untuk berhenti.
 
Luapan pun tak bisa dihindari, …
anak sungai terlempar tinggi menjadi banjir bagi kota ‚Onggok’. Bak
bumerang, nestapa pun berbalik,

banjir pembawa petaka pun mengolok, nasib sial penghuni kota ‚Onggok’.
***

*Jagalah kebersihan sungai dan kanal*

Indriati See - Hofheim im Ried, 05 April 2011
Published in Kompasiana, Kumpulan Fiksi



Image

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen