Freitag, 18. November 2011

Kasmaran


Hari ini
surya bersinar
kurasa hangatnya alam
bayu berbisik
ku rasa semi tiba
tirta mengalir
ku rasa sejuknya hati
dhana membara
kurasa hangatnya cinta
waktu …
ruang …
smara …
bersatu …
kekasih ?
Oh … Gustiku
terima kasih
karna dia ada

Hofheim im Ried, 14 Januari 2011

By Indriati See


Smaradhana


Musik alam mendayu sukmaku
indah dan indah nian
laraku sirna
perlahan dan perlahan

Belaian kasih
menguatkan ragaku
erat dan erat

Bisikan cinta
lembut … lembut  terdengar
semilir bayu
harumnya …
membangkitkan mimpi

Langit
bumi
ruang
waktu …

Kau ada
diantara
dia dan aku
smara melebur

RestuMu
ya …
kuharap … kuharap
dalam doaku

Oh … Gusti
Maha cintaku
selalu dan selalu
Kubiarkan
dahana
membakar
sukmaku 



Indriati See - Hofheim im Ried, 13.01.2011


Mittwoch, 6. Juli 2011

Tiga Ekor Capung


Musim panas hampir berakhir dimana sinar matahari tidak lagi terlalu menyengat kulit. Ketika aku sedang menikmati secangkir kopi Bali di teras, terlihat tiga ekor capung mengunjungi kebunku, terbang mengelilingi tanaman bunga rose. Satu ekor sibuk memperhatikan bunga rose yang mungkin sangat menarik baginya dan dua ekor lainnya saling berkejaran seperti sedang dimabuk asmara. Aku tersenyum memperhatikan mereka bertiga, alangkah bahagianya mereka, menikmati indahnya bunga-bunga dan hangatnya sinar matahari sekali setahun selama tiga bulan. Bentuk tubuh mereka tidak besar seperti saudara-saudara mereka di horizon, warna tubuhnya juga tidak secantik saudara-saudaranya tsb. Tetapi, aku mempunyai kesan bahwa hidup mereka lebih bahagia di sini, di negeri empat musim ketimbang saudara-saudara mereka yang tinggal di horizon.

Seandainya mereka bisa berbincang-bincang, ingin sekali aku bertanya apabila mereka mengetahui nasib saudara-saudara mereka di horizon, tempat dimana aku dilahirkan, tempat dimana matahari bersinar selama 365 kali pertahun.

Oh Tjapoeng-Tjapoeng yang elok !, nun jauh disana, di horizon yang selalu panas dan lembab, dimana kemungkinan anak-anakku, keponakan-keponakanku tidak mengenal kalian lagi, karena tempat tinggal kalian sudah berubah menjadi beton-beton yang buruk rupanya, pohon-pohon tempat tinggal kalian sudah habis ditebang, bunga-bunga liar tempat kalian bermain-main sudah tidak ada lagi, tidak ada lagi air jernih yang mengalir, yang ada hanya bunga-bunga yang ditanam di pot-pot dari plastik atau seng yang sama sekali tidak cantik dan alami.

Tangan-tangan jahil tidak memberi kesempatan kepada kalian untuk berkembang-biak, saudara-saudara kalian tidak sebanyak seperti dahulu ketika aku masih kanak-kanak, itulah konsekwensi yang harus kalian terima. Maafkan mereka kawan-kawan kecilku !, mereka yang tidak perduli atas kelangsungan habitat kalian. Sangat disesalkan ! tetapi begitulah yang terjadi! 
 
Walaupun lingkungan kalian terancam, aku memohon: „Tolong, tetaplah tinggal bersama kami !”, kami akan sisakan tempat di halaman rumah, dan tentunya tempat tsb akan kami tanami tanam-tanaman yang membuat kalian betah. Aku ingin anak dan cucuku mengenal kalian dan akan aku ajarkan kepada mereka bagaimana merawat tempat tinggal kalian dan melarang mereka untuk tidak merusaknya lagi.

Selamat jalan tamu-tamu kecilku yang elok, kalau aku boleh tahu, ke arah mana kalian terbang bila musim dingin tiba ?. “Jangan pernah bosan ya ! mengunjungi kebunku lagi, di musim panas yang akan datang”. Pesanku: “Terbang … terbanglah yang jauh sampai ke horizon dan berkembang-biaklah disana agar anak-anak dan cucu-cucuku tetap mengenal kalian untuk selamanya…”


Oleh: Indriati See 


Published in Kompasiana

Freitag, 20. Mai 2011

Mengapa Kau Lari ?


Katamu: kau tidak tahan lagi melihat dunia ini
juga tak ingin dikekang oleh lingkunganmu sendiri
kau berusaha lari ke padang gurun, ke hutan belantara
kau coba menarik mereka denganmu tetapi tak terbawa
*
Jika kau punya hak untuk diperjuangkan
mengapa kau kehilangan muka didepan ?
mengapa pula kau ingin pisah dari mereka ?
*
Kau merasa lebih bahagia dan selaras dengan alam
hanya sayang kau tak merawatnya, dibiarkan tenggelam
*
Mereka berusaha menunjukmu jalan
pikiran kosong, ya, seperti kamu
masing-masing berpikiran lain
masing-masing mempunyai jalan sendiri dan kamu ?
*
Hanya orang yang tertekan yang ingin melarikan diri
bak bocah yang kabur dari orang tua yang dikasihi
suasana nyaman kau ubah menjadi sebaliknya
”balas dendam” katamu, dan hanya dengan ”pergi” !
*
Mereka yang benar akan tahu dan menghargai batasan hidup
dengan pengetahuannya dapat menghargai ”kebebasan” yang ada
*
Dia bekerja dari dalam diri kita dan berusaha agar kita bisa berkembang
tapi dari luar diri kita, kita selalu berusaha menangkalNya
Dia menderita karena ulah kita ketika Dia masih hidup diantara kita
*
Dia mengajarkan kita bagaimana harus mencintai,
bagaimana kita harus bersatu dengan yang lain,
bagaimana mempunyai pikiran dan hati yang jernih
*
Oleh karena itu, kita harus
mengenal kembali peradaban,
bertindak sesuai dengan kodrat,
mengenal pendidikan kemanusiaan itu sendiri

*****


Oleh:  Indriati See -Hofheim im Ried, 17 Mai 2011


Published in Kompasiana 
Foto


Montag, 9. Mai 2011

Soen Sajang Oentoekmoe

 (Many kisses for Mama - Happy Mother’s Day)

 Bunda, dengan usiamu, kau selalu terlihat cantik dan anggun
ku kirim salam sayang dan kasihku sebanyak mungkin
seperti bunga melati di taman
seperti rumput di padang
seperti ikan di lautan
sebanyaknya
ku bisa
memberi rasa sayang
Seandainya dunia ini botol tinta
dan langit sebagai kertas pergamennya
dan setiap bintang sebagai alat tulisnya
akan ku lukis dengan tangan dan kakiku
segera, selalu dan selamanya
rasa setia dan cinta
tanpa putus untukmu
. Tuk ucapan terima kasihku padamu
terimalah hadiah puisi sederhanaku
sambil berdoa dalam hatiku
Oh Gusti, berilah  bundaku
kebahagiaan selalu
**********
Hofheim im Ried, 08 Mai 2011
*Untuk semua ibu, ku ucapkan “Selamat Hari Ibu, 08 Mai 2011*

Oleh: Indriati See

Published in Kompasiana, KetikKetik

Donnerstag, 5. Mai 2011

Aku Rindu Padamu



Kerinduan itu seperti buah yang pahit,
tumbuh dan berkembang pesat,
ketika seseorang yang ku cintai,
berada jauh dan tidak untuk sesaat,
lalu kepahitan itu menyekat,
menghambat setiap tarikan nafasku,
menggerogoti hatiku,
menyebarkan sakit dalam raga dan sukmaku

Maka ku bertanya pada diriku sendiri:
„bagaimana ini bisa terjadi denganku ?“
„inikah yang dinamakan cinta ?“

Mereka berkata:
„tabah dan kuatkanlah hatimu !“
„kau tidak boleh putus asa !“
***
Lalu kerinduan itu,
mulai terukir di hatiku,
entah untuk berapa lama

Mereka berkata:
“jangan kau bersedih !”
„walaupun cukup sulit bagimu,
kau harus tetap bijaksana !“
***

Jika aku sangat mencintainya,
maka apa yang mereka katakan,
adalah yang terbaik dan termapan.
**********



Hofheim im Ried,  05 Mai 2011



Oleh: Indriati See

Published in Kompasiana




Freitag, 29. April 2011

Cintakah Kau Padaku ?



Siapa yang tidak mengenal kata tersebut ?
yang selalu terdengar setiap saat, yang dikenal setiap insani
sejak mereka belum diciptakan oleh Sang Ilahi
***
Kata yang ajaib itu bernama „cinta“
tak satu insanpun hidup tanpanya
***
Siapa yang pernah mengatakan;
„sayang, aku cinta padamu“
atau
„ya, aku sangat mencintaimu“ ?
***
Milik siapa kata „cinta“ senantiasa ?
satu mencintai yang lainnya, yang lain hanya mencitai uangnya
***
Musik
ungkapkan „cinta“
menjadikan hati ceria
merasuk dalam sukma
memberi kedamaian bagi kita
***
Dalam setiap keluarga,
setiap hari kata „cinta“ senantiasa ada
tidak mungkin hidup tanpanya kalau „ya“ berarti kau sendiri !
***
Dari „cinta“ kita dilahirkan
dan sirnalah maknanya
ketika
kata “benci” diucapkan
***
Cinta datang dariNya
karnanya, hadirkanlah „cinta“
dalam hidup mu, ku, dan nya
Aku cinta padamu
Cintakah kau padaku ?

**********


Hofheim im Ried, 30 April 2011

Oleh: Indriati See


Mittwoch, 27. April 2011

Monolog



Perkenalan kita belum lama tetapi perasaanku berkata lain, ya, lebih lama dari itu.
Pada mulanya semua terbata-bata, kau masih ingat ?
Sedikit demi sedikit kau bertarung dengan caramu merebut tempat di hatiku.
Dan jika sekarang ku katakan bahwa sebagian dari tempat itu adalah bagianmu, pasti kau akan tertawa karena kau telah tahu jauh sebelumnya, betulkan ?
Percayalah, aku memerlukan waktu lama tuk menaruh rasa percaya pada seseorang, sampai ku bisa memanggilnya „sahabat“.
Tetapi denganmu, semuanya serba lain …
Ku tak tahu bagaimana cara melukiskannya dengan kata-kata …
Ku ingat, ketika aku sakit, setiap malam mengingatmu dan aku sangat kuatir karena tak tahu tentang keadaanku yang sebenarnya lalu yang bisa kulakukan hanya berdoa padamu, setiap saat dan setiap hari.
Ku ingin kau tahu, bahwa ku sering memikirkanmu dan percayalah bahwa saat-saat dimana ku bisa baca karyamu lagi, ku sangat bahagia seperti anak kecil.
Kadang-kadang, ketika ku letih sehabis kerja, kau berhasil menghiburku dan mengembalikan tertawaku atau jika ku habis menangis.
Ku tak tahu bagaimana kau bisa melakukan semuanya itu ? yang jelas aku bahagia karena kau lakukan semuanya untukku.
Percakapan kita bisa serius atau bercanda dan setiap saat selalu mengesankan.
Kau pasti akan bertanya mengapa ku ceritakan semuanya ini, karena ada alasan yang mendasar tentunya:
ku ingin, kau tahu seberapa dalam arti persahabatan kita.
ku ingin, kau tahu bahwa ku berterima kasih karena aku diperbolehkan mengenalmu.
ku ingin, kau tahu bahwa kau selalu ada jika aku membutuhkanmu.
Bahkan kau menjadi bagian yang sangat berharga dalam hidupku dan bagian ini, ku tak ingin kehilangan.
Kau harus tahu bahwa kau sangat spesial bagiku, dan akhir kata, ku ingin sampaikan bahwa aku cinta padaMu duhai Sahabat Abadiku.


Hofheim im Ried, 27 April 2011

Oleh: Indriati See

Sonntag, 24. April 2011

Kidung Paskah Tuk Sang Kekasih



Hari ini
langit terbuka, bersinar keemasan
lihatlah ! Dia, yang baru bangkit,
terberkati dan pembawa kebenaran
Sekarang, karenaNya
matahari bersinar penuh pesona, ladang-ladang tertawa ceria
hutan-hutan bersorak gempita, manusia hidup bahagia
dunia ini penuh dengan kemuliaan,
.. dunia ini penuh dengan pujian
terasa zaman keemasan sejati
seperti yang terjadi di surga.
Sekarang, untukNya
mari bernyanyi dan memuji,
bahagia dan bersuka-cita
.. memuliakan namaNya
Allah Yang Maha Tinggi
Yesus, Juru Selamat dunia,
ku berterima kasih siang dan malam,
bahwa Engkau telah bersatu bersama kami
sorak-sorai membahana
pekik kebebasan dari dosa mendalam
di bumi, kehidupan diperbaharui.
di langit, Kau hadiah yang sangat agung
pujian, hormat dan kemuliaan selalu ku kidung


Hofheim im Ried, 24 April 2011 


Oleh: Indriati See


Montag, 18. April 2011

Puisi Untuk Malaikat Kecilku

Anakku,
ibu belum bisa merabamu
tapi siap tuk mencintaimu
bahagia yang luar biasa
ketika mengetahuimu
berada di rahimku
ku selalu bermimpi tentangmu
ku siapkan semua rencana
tuk bisa hidup bersamamu
tetapi, tiba-tiba kau pergi
duka dan lara menyelimuti
padamu, ibu rindu sekali
Ibu tahu,
kau pasti ada di suatu tempat
sangat jauh dariku, dimana bintang bersinar,
rembulan tersenyum, serta
pelangi tertawa ceria
Di tempat itu,
kita akan bertemu kembali
Anakku,
waktumu sangat singkat bersamaku
terima kasih sayang tuk bisa mengenalmu,
merasakan sukmamu dan kau, hadiah yang terindah dariNya



Hofheim im Ried, 12 April 2011

Oleh: Indriati See



Bilder

Samstag, 16. April 2011

Pungutlah Aku !



Yang tersayang bundaku,
ku teringat ketika kau menimangku
kau nyanyikan nina bobo sebagai pengiring tidurku
kau hiburku ketika aku menangis
kau rawatku ketika aku sakit
sentuhan lembutmu bagai air yang mengalir tanpa putus
tetapi kini …

dan kau ayah,
dengan tanganmu yang kokoh
mengangkatku tinggi-tinggi sambil  berkata:
„kau kelak akan melebihi tinggi ayah“
lalu kau menimang-nimangku sambil menyanyikan lagu daerah
tetapi kini …

aku sebatang kara,
kalian meninggalkanku sendiri
rasa bahagia menjadi lara
bagiku, di bumi ini, tidak ada toleransi lagi
hanya bulan, bintang dan matahari menjadi temanku
ku ciptakan duniaku sendiri

bermimpi jika aku seorang pangeran
di kerajaan awan
bintang kejora sebagai mahkotaku
pohon yang kokoh sebagai tongkatku
dan pelangi sebagai singgasanaku

di bawah pimpinanku
tak seorangpun boleh  menyakiti
tak seorangpun boleh mencuri
tak seorangpun boleh berdusta
tak seorangpun boleh merana

ku terjaga dari mimpiku
ketika kurasa sentuhan lembut kalian
senyuman penuh harapan akan masa depan
dari ayah dan bunda angkatku

walaupun sesekali luka masa lalu kurasa
tetapi cinta orang tua angkatku
cepat membalut dan merawatnya

**********

*Berilah atap, sandang dan pangan kepada anak-anak yatim piatu*


Oleh: Indriati See - Hofheim im Ried, 17 April 2011



Published in Kompasiana

Sonntag, 10. April 2011

Ayah dan Bunda


Penat memaksaku
tinggal diperaduan
sakit ragaku …
tetapi aku terhibur karena kau
malamku … kau cantik nian
suasana angkasamu
bisa kulihat melalui jendela kamarku
permadani bintang menghiasi kelammu
*****
Lima windu yang lalu
ketika bunda dan aku
duduk bersama menikmati malamMu
dalam suasana yang sama …
bunda menjelaskan tentang rasi bintangMu,
dan tanggung jawab kami akan ciptaanMu
*****
Oh … bundaku, aku rindu padamu
pelukanmu melindungi masa kanak-kanakku
kau membuatku tegar, mandiri dan percaya diri
kini …
aku seorang ibu seperti kau
dengan tiga buah hati titipanNya
doakan aku selalu bundaku
agar aku bisa seperti kau mendidikku
*****
Oh … Gusti, Sang Maha Pengasih
biarkan aku tidur dipangkuanMu
lenyapkanlah sakit pada ragaku
yang membuat malamku gelisah
jagalah aku dalam tidurku
berilah mimpi agar aku
bertemu ayah dan bundaku
Amin … amin … amin …
**********
Hofheim im Ried, 07 Maret 2011
*rindu masa kecilku*

Oleh: Indriati See