Freitag, 27. Juni 2014

Undangan Sang Kekasih

.
Di hari ke-tujuh, dini hari
ketika musim panas dimulai
kehangatan itu,
membelai halus wajahku
bisikan lembutmu
terdengar olehku
dalam bahasa ibu
ku terjaga dari tidurku

‘Selamat pagi, kekasihku’; sapamu
sangat lembut merasuk kalbuku
‘temanilah aku’; pintamu
terbesit rasa bahagia dalam sukmaku

Ajakan lembutmu
membuatku terpaku dan bisu
bergegas ku bersihkan ragaku
dari debu-debu bumi yang memalukanku
ku mempercantik diriku untukmu, wahai Kekasihku

‘Ku tunggu kau di rumahku’; katamu lembut
aku mengangguk, tak sepatah kata pun
terucap dari bibirku yang kelu dan tersekat

Ku langkahkan kakiku menuju rumahmu
di ambang pintu, harumnya dupa terhirup hidungku
meja altar terlihat siap tuk perjamuan sucimu
gemerlapnya piala dan piring dipantulkan oleh cahaya lilin
terdengar suara orgel mengalunkan irama syahdu
damai … terlindung … kurasakan di rumahmu,
oh … Kekasihku, sambutanmu memberiku harapan

Liturgi itu pun dimulai
doa, syukur silih berganti
tubuhku dan tubuhMu,
darahku dan darahMu,
melebur menjadi satu

Bahagia abadi kurasa sampai ke nadi
penghiburan sepanjang hayati
datanglah dan tinggallah selalu bersamaku
oh … Kekasihku, terima kasihku selalu
tuk undangan perjamuan suciMu
.
.
.
 *Hadirilah upacara kebaktian untukNya*


Indriati See - Hofheim im Ried, 3 April 2011

Published in Kompasiana 


Kau Penjunanku

.
 
Dalam diam kudengar suaramu
dalam kejauhan kutatap anugrahmu
di ujung malam ada perhentian rasa
di setiap detak jantungku ada hadirmu
jika aku memejam justru selalu ada
saat berdiam maka belaianmu hadir
kemana pun dan sedang apa pun kau ada
menuntunku menuju lintasan kerinduanku
menggapaiku dalam kebingungan arah
karena Kau adalah penjunanku
perencana dan pengatur
seluruh kehidupanku
 
TERIMA KASIH TUHAN
 
(ad) – 25.06.2014

Smaradhana di bawah Purnama

.
Cantiknya purnama di musim dingin
indah berkilau bak emas murni
pengganti surya di malam hari
saksi alam bagi dua sejoli
memadu kasih tuk melepas rasa ingin
.
Kau bagai lentera jagad raya
senantiasa abadi menyinari
kala kegelapan menghampiri
bak hati yang terkasih, pemberi diri cinta
.
Saling berbisik kata-kata cinta
membangkitkan gelora asmara
sukma kita pun bersatu dalam dahana
membakar hasrat raga tuk bercinta
oh … indahnya, bahagia bagi kita
.
Hangatnya cahayamu
bak jemari kekasih
membelai lembut diriku yang dikasih
pikiran dan sukma kita pun bersatu
.
Kau tak henti memberi
karena cinta abadi pada diri
terasa tulus sampai sanubari
kuingin jadi kekasihmu
sampai sukma meninggalkan ragaku
.
Wahai Sang Kekasih
tuk yang kucinta dan kasihi, terima kasih
Indriati See - Hofheim im Ried, 9 Februari 2012

Published in Kompasiana

Seandainya Kau Tahu ... Betapa

.
Kau kira aku bahagia dengan semua ini
  kau sangka aku sedang bersuka ria
  oh ... andai kau tahu perasaanku
 hidup dalam dera dan terpa di pacuan waktu
  tak ada masa rehat sejenak pun
 kerja keras bagai kuda
tak sadar mentari beredar
hari berganti sisakan lupa waktu
  kadang alpa waktu makan
  hidup bagai robot kerja
 seandainya kau tahu betapa
  belenggu kerja ini begitu memasung
  syukurlah aku masih punya rasa
  rasa lapar
  rasa sakit
 rasa cinta
  rasa rindu
rasa manusia
 senyatanyalah hidup ini terasa mencekam 
    saat mengejar lintasan bhakti di ayunan asa
  saat terdampar di kesunyian berujung letih
  andai tak malu ingin aku menjerit dan menangis  

OH TUHAN BERIKAN PETUNJUKMU  

(ad) – 25.06.2014