Sonntag, 7. April 2013

Menyambut Pagi



Menyambut pagi
dengan secangkir kopi
berharap mentari
menemani hari
mengganti dingin yang enggan pergi
alampun rindu datangnya semi


 Indriati See - Hofheim im Ried, 18.02.2013

Kecantikan nan Semu



Dinginnya cuaca tak memungkinkanmu untuk hidup,
pun tuk menampakkan kecantikanmu kala Surya tak redup
“Tak apa” kataku
ku tetap dapat menikmati kecantikanmu
walau itu hanya semu ...


Indriati See - Hofheim im Ried, 21.02.2013

Lampu Jalan



Kau menerangi jalanku
ketika surya berlalu
juga mempercantik kota itu
dengan keempat lampumu

Tiangmu terbuat dari besi
penyangga dan pelindungmu
dari cuaca yang selalu berganti

Sinarmu terang benderang
bak pancaran logam yang cemerlang

Tugasmu sampai pagi
ketika fajar kembali
kau pun harus pergi
sampai senja menyapamu lagi

Indriati See - Hofheim im Ried, 07.04.13





Bunga Pantai



Kau tumbuh di sela-sela bebatuan
tempat yang sulit bagi setiap tanaman
perjuangan hidupmu bagai tamparan
pada diri ini yang belum mapan

Bungamu cantik nian
bukti keberhasilan
ku ingin sepertimu
dalam menjalani hidupku

Indriati See - Hofheim im Ried, 20.02.2013

Kau Pasti Datang



Bayu datang tak ramah
langit pun terlihat tak cerah
hasrat dingin tuk memeluk erat
alam dan raga ini masih kuat
hari demi hari, minggu demi minggu pun lewat

Surya kadang menyapa
pada siapa dan apa
walau tak terasa lama
cukup menghibur sukma

Kecantikan yang ada belum terlihat
ceriapun tak ingin mendekat
bersembunyi di balik asa
akan datangnya suatu masa

Menanti ...
dengan sabar hati
akan janji-janji
yang pasti ditepati

Semua dalam putaran
tak kenal kata enggan
dan tak mungkin dilawan
.
.
kau pasti datang



Indriati See - Hofheim im Ried, 06.04.2013


Published in Kompasiana and Baltyra
Music

Freitag, 22. März 2013

Hangatnya Kata-kata Kasih



.

Suhu turun mencapai minus dua belas

walau sinar surya cantik membias

merdu terdengar kicauan unggas

kembali dari selatan mendahului semi

mencari kekasih tuk memenuhi janji

.

Semilir bayu dingin menusuk

rindu akan kehangatanpun membludak

sukma berteriak: ”peloek !”

bara dalam tungku, penghangat sesaat

juga penghibur sukma dan raga yang penat

.

Cantiknya alam, penghibur abadi

hadiah terindah dari Sang Ilahi

ladang membentang bak permadani

sabar menanti datangnya semi

harapan bagi semua hayati

.

Indahnya kasih dalam kata-kata

terucap hangat dari lubuk hati

penghibur sukma, pelipur lara

tuk kita yang sehati

selama cinta sukma pada raga

.



Oleh: Indriati See Hofheim im Ried, 03 Pebruari 2012



Mittwoch, 20. März 2013

Motivasiku



Terbang
Meninggalkan sesaat kehidupan diatas bumi,
tuk melihat kembali wajah kehidupan dari atas
ternyata ...
banyak kekurangan yang harus dilengkapi
pada wajah kehidupan yang tak pernah puas
...

Oleh : Indriati See - Hofheim im Ried, 26.09.2012


Warnamu tampak cerah
secerah pagi di awal musim gugur
aku masih melihatmu merekah
menebar kecantikan yang tak pernah luntur
.
Mereka setia mendampingimu
di saat suka dan dukamu
bukan karena cantik dan harummu
melainkan karena kita adalah "satu"
...

Oleh : Indriati See - Hofheim im Ried, 28.09.2012

.

Surya bersinar dengan cerahnya
merasuk hangat, membelai raga
merayu penghuni alam tuk turut ceria
melewati waktu sampai senja tiba
.
Oleh : Indriati See - Hofheim im Ried, 30.09.2012


Biru
.
Warnamu perpaduan antara kuning dan hijau
menandakan kedalaman lautan
dan tak berujungnya angkasa
.
Memberi ketenangan pada hati yang galau
ketika suasana harmonis mendekatpun enggan
simbol persahabatan, keabadian dalam cinta dan kasihNya
...

Oleh : Indriati See - Hofheim im Ried, 03.10.2012
.

Published in Kompasiana

Kisah Kasih Sepekan



Bayu menunjukkan perannya
pada seluruh isi alam dan surya
berhembus keras, berdansa diantara dedaunan
menciptakan simfoni alam di awal musim gugur


Alampun perlahan berubah warna
kuning, oranye, coklat dan merah merona
unggaspun bergegas terbang ke arah selatan
dimana kehangatan dan cinta berbaur
Indahnya musim berganti
memberi harapan pada seluruh hayati
bersiap diri tuk semua yang akan terjadi
dalam kasih dan cinta Ilahi
...

Oleh : Indriati See - Hofheim im Ried, 05.10.2012








Hening itu indah ...
terdengar detak kehidupan dalam diri
sukmapun terlena
.
Hening itu lepas ...
dari beban kehidupan sehari-hari

sukmapun tak merana

Hening itu ...
.
.
pasti !

...

Oleh : Indriati See - Hofheim im Ried, 04.10.2012






Warnamu mengingatkanku
pada sang surya di waktu
fajar dan senja
perpaduan serasi, cantik tiada tara
siapa gerangan yang melukismu ?

Tak lain dan tak bukan, pasti Dia, Kekasihku
...
.
Oleh : Indriati See - Hofheim im Ried, 04.10.2012






Lima hari telah berlalu
terisi oleh rasa, pikir dan laku

Karya yang tercipta
dilakukan tanpa pamrih
tuk diri dan sesama
milik Sang Kekasih

Padamu, duhai Kekasih
puji dan syukur
mengalir tak terukur
tuk cinta dan kasih ...
...

Oleh Indriati See - Hofheim im Ried, 29.09.2012


Image: 1,2 + koleksi pribadi

Published in Kompasiana

Published in Baltyra





Kau yang Selalu Ku Nanti


.
Musim berganti seperti yang sudah terjadi
alam tampak berwarna keemasan
terkesan hangat bak cahayamu nan rupawan.
Kabut tipis perlahan sirna
memberi tempat padamu, wahai surya !
.
Kau lentera angkasa
menerangi kami sampai senja tiba
.
Cintamu pada alam semesta
tak mengenal kata "putus"
.
Kau selalu ku nanti
kala ku rasa malam
terlalu lama tuk dilewati ...




Oleh : Indriati See - Hofheim im Ried, 04.11.2012
Image: Koleksi  pribadi
Published in Kompasiana

Meniti Kenangan


Semilir bayu
ombakpun terayu
membentuk buih-buih
bagai untaian mutiara diatas pasir putih
.
Camar-camar menari
gemulai bak putri-putri
memekik seirama deburan ombak
datang dan pergi bersama riak-riak
.
Awan-awan melayang bak kapas putih
kadang menghalangi surya yang terlihat letih
mungkin ingin mengajak hujan hadir ?
meramaikan cakrawala walau tanpa petir
.
Cantiknya suasana pantai
mengundang diri kembali
meniti jalan kita dahulu
ketika asmara mulai terpadu
.
Disini aku menanti
bak tiga windu yang silam
membuka kembali
lembar demi lembar yang terpendam
.
Kau tak mungkin kembali
seperti berlalunya hari
terpisah dari diri
menuju pelukan Sang Ilahi

...


Oleh : Indriati See - Hofheim im Ried,  09.11.2012



Published in Kompasiana

Sekuntum Kamboja dari Sint Carolus



.
Kau tumbuh dimana-mana
menambah cantiknya Bumi Nusantara
kecantikanmu sungguh luar biasa
pelipur hati yang berduka
pendamping hati yang berbahagia
.
Harummu semerbak
kala ku sambut fajar menyeruak
berlangsung sampai senja nampak
.
Kau hibur mereka
yang sakit raga dan sukma
menggantung asa padaNya
melalui derasnya doa
.
Ku ambil sekuntum darimu
sebagai persembahan doaku
melalui Bunda Maria
ku mohon kepadaNya
tuk kesembuhan ayah dan saudara-saudara tercinta

Kini,

ku jauh darimu
dari kecantikan dan keharumanmu
tapi,
kau tetap hadir selalu
dalam ingatanku
juga kesembuhan itu
telah diberikan pada ayahku
terima kasihku pada Penciptamu


...


Oleh : Indriati See - RS. Sint Carolus, 6 Desember 2012