Sonntag, 8. Juni 2014

Gadis Thai Itu Anak Asuhku

Wahai gadis kecilku
dua windu yang lalu
ketika kau menyapaku
langsung kujatuh hati padamu
.
datanglah ke tempatku
kehangatan dan perhatian
kan kuberikan padamu
.
kau tak perlu banyak waktu
tuk kenal keluargaku
bersenda gurau
dengan buah hatiku
.
ceritamu:
„Aku anak yang tak dikehendaki“
ayah tak ingin mengakuiku
bunda tak tahan menderita
memutuskan hidupnya
meninggalkanku
pergi keharibaan Sang Pencipta
.
Usiaku tiga tahun saat itu
hidup bersama bibi yang masih pelajar
tak sanggup memeliharaku
”dengar sayangku, tunggulah bibi di rumah ini”
”kau tidak akan dingin dan lapar”
” jika kau sedih mereka akan menghiburmu”
” jika kau letih mereka akan menina bobokanmu”
.
”Ku berdoa agar cepat menjemputmu kembali”
aku menangis sejadinya melihat kau pergi, bibi
mulai saat itulah,  ku menghitung hari
berpindah dari satu panti ke panti lainnya
dari keluarga asuh yang satu ke lainnya
.
Sayangku,
anak asuhku
mendengar ceritamu
dadaku sesak, panas mataku
ku tak ingin menangis di depanmu
ku berlari ke luar rumah, menangis sejadinya
memukul-mukul bumi, dan berkata kepadaNya:
“wahai Sang Kekasih, berilah petunjukMu
kuatkanlah hatiku,
jadikanlah aku bijak,
mendidik titipanMu”
.
Masa remaja, dan sekolahpun berlalu
kerikil besar, kecil, tajam lewat oleh waktu
”lihat bunda, lihat ayah, aku berhasil !” banggamu
Insinyur Mesin menjadi titelmu
.
”Selamat berkarya anak asuhku,
tuk kebaikanmu dan sesama,
jangan pernah keluar dari jalanNya”
;doa kami selalu untukmu



Pour “B” … Nous t’aimons beaucoup …


Indriati See - Hofheim im Ried, 18 Juni 2011

Published in Kompasiana, Baltyra 

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen