Donnerstag, 12. Juni 2014

Bercinta di Bawah Purnama



“Kekasihku”; bisik Gregor sambil merangkulku dari belakang. Hm … segera kugapai kedua lengan yang kokoh tersebut sambil merebahkan kepalaku didadanya.

“Lihat sayang, betapa cantiknya malam ini !”.

“Langit bagai samudra, bintang-bintang bagai lentera biduk nelayan dan purnama bagai lampu mercusuarnya”; jelas kekasihku sambil mengecup rambut dan tengkukku berkali-kali.

“Aku akan membawamu mengarungi samudra itu !”; ucap Gregor dengan nada suara yang pasti, seolah ingin meyakinkan sekali lagi akan cintanya kepadaku.

“Hm … iya sayang, bawalah aku kemana saja engkau pergi” sambil membalikkan tubuhku dan memandang mata Gregor dengan mesra.

Gregor nama pria yang kucintai selama ini. Seorang kekasih yang berjiwa ksatria, humoris dan kadang manja … hm … karakter yang sangat kusuka.

Bayu berhembus lembut dengan temperatur sejuk tak dirasakan lagi oleh kedua raga kami yang sedang dilanda asmara. Perlahan … terhirup harumnya kehidupan, hm … lembutnya kedua indra rasa yang saling berpagut.
Lidah-lidah smaradhana terasa merasuki sukma. Detak-detak kehidupan pun saling bertalu bak nada-nada gita asmara … oh … terdengar indah.
Pun hasrat kedua sukma akan rindu yang tertahan selama ini terpenuhi.

“Kekasihku”; bisik Gregor .

“Jadilah belahan hatiku untuk selamanya !”; pinta Gregor sambil memelukku dengan erat, seolah-olah tak ingin melepaskan ragaku lagi walau pun hanya sekejap.
Malam nan cantik di pertengahan musim semi tersebut menjadi “Malam Purnama” yang pertama bagi kisah kasih kami.



Indriati See - Hofheim im Ried, 16.04.14

Published in Kompasiana 
Music

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen