“Kekasihku”; bisik Gregor sambil
merangkulku dari belakang. Hm … segera kugapai kedua lengan yang kokoh tersebut
sambil merebahkan kepalaku didadanya.
“Lihat
sayang, betapa cantiknya malam ini !”.
“Langit
bagai samudra, bintang-bintang bagai lentera biduk nelayan dan purnama bagai
lampu mercusuarnya”;
jelas kekasihku sambil mengecup rambut dan tengkukku berkali-kali.
“Aku
akan membawamu mengarungi samudra itu !”; ucap Gregor dengan nada suara yang pasti,
seolah ingin meyakinkan sekali lagi akan cintanya kepadaku.
“Hm
… iya sayang, bawalah aku kemana saja engkau pergi” sambil membalikkan
tubuhku dan memandang mata Gregor dengan mesra.
Gregor
nama pria yang kucintai selama ini. Seorang kekasih yang berjiwa ksatria,
humoris dan kadang manja … hm … karakter yang sangat kusuka.
Bayu
berhembus lembut dengan temperatur sejuk tak dirasakan lagi oleh kedua raga
kami yang sedang dilanda asmara. Perlahan … terhirup harumnya kehidupan, hm …
lembutnya kedua indra rasa yang saling berpagut.
Lidah-lidah
smaradhana terasa merasuki sukma. Detak-detak kehidupan pun saling bertalu bak
nada-nada gita asmara … oh … terdengar indah.
Pun
hasrat kedua sukma akan rindu yang tertahan selama ini terpenuhi.
“Kekasihku”; bisik Gregor .
“Jadilah
belahan hatiku untuk selamanya !”; pinta Gregor sambil memelukku dengan erat,
seolah-olah tak ingin melepaskan ragaku lagi walau pun hanya sekejap.
Malam
nan cantik di pertengahan musim semi tersebut menjadi “Malam Purnama” yang
pertama bagi kisah kasih kami.
Indriati See - Hofheim im Ried, 16.04.14
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen