Ku bersumpah dengan tulus dan suka cita
terhadap Kemahakuasaan yang dapat menghukumku
karena kebutuhan hidup, ku diperlakukan seperti hamba
pemuas hasrat jiwa dan raga,
tuk mereka wahai orang-orang kaya !
.
Bumi Pertiwi kehilanganku sebagai istri dan ibu
mereka paksa jiwaku keluar dari raga
takdirkah itu ?
atau
aku dilahirkan sebagai korban
permainan komoditas tanpa arah dan tujuan ?
.
Mereka berbicara antara “cinta” dan “malu”
cinta? - Tidak bagiku, karena tak membawa kebahagiaan di bumi
cinta membawa penghinaan dan iri hati
ku dicintai hanya dengan nafsu ragawi
.
hidupku tak mengenal cinta sejati
mungkin dicintai …
oleh seseorang yang tak ku ketahui ?
.
malu? - Ya bagiku, dan sering kurasakan
ku malu ketika mereka membayar ragaku
ku malu tuk tak bisa berbuat hal yang mulia
ku malu dari tuntutan hukum dan dari luka-luka
ku malu ketika tak bisa memberi kebahagiaan
ku malu … ku sangat malu …
.
Dunia ini indah bagi mereka
ku selalu bermimpi memperoleh pesona itu
kemudian menyebarkannya kepada kaumku
.
Dunia ini tidak adil bagiku
tak bisa ku menyangkalnya
jiwa-jiwa kaumku yang telah mendahului
hanya bisa bertepuk tangan memuji
dan ku bertanya pada diriku sendiri
haruskah aku mengikuti ?
sia-sialah hidupku ini …
…
*Puisi tuk kaumku yang tertindas*
Indriati See - Hofheim im Ried, 20 Juni 2011
Published in Kompasiana
Image
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen