Freitag, 23. Mai 2014

Tuk Saudaraku Tunawisma


Hujan turun dengan derasnya
tak perduli akan tuna wisma,
duduk menggigil dengan nestapa
anginpun tak mau kalah
bertiup dengan tak ramah
menerbangkan rumah
kardus yang basah
sedangkan aku ?
hidupku hangat di bawah atap

Dengan lapar, dingin, dan kuyup
kau tuntun kedua anak balitamu
berlindung dibawah jembatan itu
“sabarlah nak ! tahanlah lapar itu”
sedangkan aku ?
bajuku kering dan penuh perutku

Saudaraku, marilah kita berbagi
tidak hanya satu kali di Hari Raya
tetapi setiap hari, setiap saat
sedikit sandang untukmu
sedikit sandang untukku
sedikit pangan untukmu
sedikit pangan untukku
sedikit atap untukmu
sedikit atap untukku

Akhirnya …
kita akan mendapatkannya kembali
segala yang telah kita beri
di rumahNya yang abadi





Indriati See - HiR, 8 April 2011
Published in Kompasiana  & Baltyra


Kurindu Indonesia Jaya Raya





 
Menatap dari perbukitan indah permai
sejauh mata memandang hamparan luas
masih ada tersisa tata ruang yang asri
sesaat kuhirup udara sejuk walau berat

berhenti sejenak dikehiruk-pikukan kerja
merenung dalam akan hakekat dharmaku
sejatinya bagai sebutir pasir dikeIndonesiaan
tersipu malu saat diri kadang sok merasa wah

bukit tempatku berdiri bernama Shanti Dharma
aku memahami akan makna dan harapannya
maka tekadku bulat tanganku mengepal erat
andai mentari terbit dari barat kau tetap Indonesiaku

seberapa banyak yang sempat pekikan tekad
saat semua sibuk dalam pesta pora koalisiria
ditengah kemacetan total lalu-lintas senja hari
oh Ibu Pertiwi...bila kau berhenti menangisi kami

DI NEGERI KAYA INI, BANYAK ORANG MISKIN

(ad) - 22.05.14





BersamaMu



Didiamku selalu ada setia
disibukpun selalu ada pasti
dimana-mana selalu hadir
tak pernah sesaat pun lalai
menuntun menemani hidup
karena Kau penjunanku
penolongku yang setia
menuntunku dijalanMu
menuju kehadiratMu

damai penuh sukacita
KAU MAHA HADIR

 
(ad) - 20.05.14

Dienstag, 20. Mai 2014

Harapanku Menjelang Fajar


Cahayanya merobek mantel malamku
ku coba menisiknya dengan penuh kasih
walaupun lara selalu setia padaku
tak apalah,
dengannya ku balut tubuhku
.
Cahayanya masih terlihat, tapi
tak menghangatkanku lagi
karnanya hatiku merana
.
Cahayanya tak kuperlukan lagi
karena kau menjadi cahayaku kini
.
Kau terangi jalanku, di kedua sisi
yang baik dan yang buruk
kau bimbingku masuk …
sedalam sanubari
kitapun sejantung dan sehati
.
Karenanya ku rasa dilindungi
.
Ku sadar jika tidak berada disana
tapi dengarlah bisikanku …
wahai Sang Kekasih, harapanku selalu
menjelang fajar, jadilah bintang pagiku


Indriati See - Hofheim im Ried, 22 Mai 2011

Published in Kompasiana 

Peluklah Aku yang Erat - Monolog *2*



Kekasihku …
hari ini ku datang lagi 
karena kurasa rindu padamu, 
bukalah pintu hati ini.
Kurasa tak perlu ku jelaskan, 
thema tentang pembicaraan yang ingin ku sampaikan
karena kau sudah tahu sebelumnya bukan ?
Kekasihku …
oh … peluklah aku erat-erat, 
ragaku tak lagi kuat, 
pundakku berbeban berat.
Rentangkanlah tanganmu untukku, 
angkatlah aku setinggi mungkin agar ku terlepas dari bebanku
 tuk menggapai asa pada pundakmu.
Bisikkanlah sesuatu di telingaku, 
kata-kata penambah semangatku
 dan akan ku pakai sebagai kompasku
 dalam menempuh jalan yang tak kutahu.
Biarkanlah ku tinggal lebih lama,
 menjalani semua rencanamu
 tuk belahan jiwa, buah hati dan mereka yang ku cintai
 dengan setulus hatiku.
Kekasihku …
Engkau harapanku, 
kini kuingin pergi tuk kembali kepada mereka yang ku miliki.
Pandanglah aku dari TahtaMu nan elok,  
maka disinilah aku sendiri, sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah doa yang penuh harapan untuk hari esok.
.
.
.
Indriati See - Hofheim im Ried, 15 Januari 2012

Published in Kompasiana

Karena Dia Allah Yang Maha Hadir




Di ujung hari saat mentari mulai menurun
alam raya semburatkan indah panorama
terpekur aku di dalam keheningan panjang
betapa rahasia Ilahi tak pernah terpahami
semakin kucari ditumpukan ilmu dan logika
selalu terbentur pada kekerdilan titian asa
hanya semampu inikah kemampuan nalar
namun saat keilahian bersanding perasaan
maka sayup mampu kuraba di ujung syukur
rupanya singgasanaNya lebih dekat kerasa
rasa taat takut hormat dalam penyembahan
didiamku diseparuh hari Dia berkenan hadir
membisikkan suara lembut dalam simphoni
kepastian akan penyertaan dan kesetiaanNya
yang akan selalu ada saat kita melangkah
yang selalu mendengar saat kita memohon
yang selalu ada diseluruh penjuru kegiatan
ternyata aku tak pernah sendiri dimana pun
 
KARENA DIA ALLAH YANG MAHA HADIR
Amin.

(ad) - 11.09.13

Music 



Izinkan Aku Pamit




Bila senja ini tetap meteraikan kesunyian
masih patutkah kau dan aku berharap lebih
saat semua kesempatan hanya sisakan lara
masih sanggupkah kau ukir sejuta janji basi
mustinya sedari awal kita dendangkan lagu
lagu sendu berhias kata kata jurang pemisah
terlalu capek merawat kasih bersandiwara
hanya demi gengsi dan penghormatan semu
akhirnya waktu telah isyaratkan kedaulatannya
bahwa kau dan aku tak pantas saling menyakiti
biarlah kita berpaling sejenak atas kecerobohan
lalu berpisah dengan baik merenda masa depan
betapa pun tak kupungkiri banyak yang telah terjadi
semua telah membekali kita akan arti saling silang
tak bisa semua untuk sendiri lalu yang satu merintih
sudahlah genderang masa depan telah melambai
yang pasti kau dan aku memang tak layak bersatu
maka mari kita pilih arah tujuan hidup masa depan
disertai doa semoga kau lebih bisa memaknai hidup
untuk menjemput bahagiamu sesuai dambaanmu
IJINKAN AKU PAMIT....

(ad) - 12.09.13